GENTA CINTA YANG TAK TERAIH
SMKN 1 Labuan Bajo
Beatrix Juliani Prara Seber
Mentari pagi menyapa SMKN 1 LABUAN BAJO dengan kehangatan yang hampir tak terasa di hati Sintia. Gadis itu duduk di bangku paling belakang, mengamati punggung Alvin yang tengah sibuk mencatat. Sejak hari pertama sekolah cowok itu telah mencuri perhatian Sintia. Senyumnya yang manis, cara bicaranya yang lembut, semuanya membuat Sintia terpikat.
Sintia tidak berani mendekat, dia hanya mencuri pandang dari kejauhan. Setiap kali Alvin lewat, jantungnya berdegup kencang. Hari ini degupannya malah lebih kencang lagi. Ketika jam istirahat, Alvin mendekatinya. “Sintia aku bisa bicara sebentar?” Tanya Alvin dengan suara lembutnya. Sintia hampir menjatuhkan bukunya. “E-eh, iya boleh,” jawabnya dengan sedikit gugup.
Mereka melangkah ke taman sekolah. Sintia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas panjang. “Alvin pasti akan menyatakan perasaannya kepada diriku,” ucapnya dalam hati. “Aku mau ngomong sesuatu yang penting,” kata Alvin sambil menatap Sintia. “I-iya, ngomong aja,” balas Sintia dengan senyum yang dipaksakan supaya tidak terlihat antusias. Alvin menarik napas panjang “Aku suka seseorang,” ucap Alvin dengan tersenyum canggung. Sintia merasa wajahnya memanas. “Ohhh… Siapa?” tanyanya santai, dengan harapan bahwa orang yang dimaksud Alvin adalah dirinya. Alvin menatapnya lekat-lekat, “Temanmu Bertyn,” jawabnya dengan malu-malu. Sintia terpaku dan hatinya membeku, padahal hatinya sudah melayang tadi. Sahabatnya Bertyn, adalah cewek yang sangat terkenal di sekolahnya. Dia pintar, cantik, dan juga sifatnya ramah. Semua orang mengidolakan Bertyn, termasuk Sintia. Tapi mendengar ucapan Alvin, hatinya hancur.
Namun sebelum dia sempat merespon, Alvin melanjutkan ucapannya, “Dan aku tahu bahwa Bertyn sudah tahu tentang perasaanku.” Alvin tersenyum kecil. “Sebenarnya kami sudah berpacaran selama empat bulan. Dia memintaku untuk merahasiakan hubungan kami, tapi aku sudah tak bisa lagi menyembunyikannya,” ucap Alvin sambil tersenyum lebar. Sintia hanya diam mendengar ucapan Alvin. Ingin rasanya dia menangis saat itu juga.
Namun hal yang membuat Sintia sangat sedih adalah fakta bahwa Bertyn telah mengetahui jika dirinya menyukai Alvin sejak lama. Padahal Sintia sering menceritakan tentang Alvin kepada Bertyn, namun ternyata malah Bertynlah yang duluan mendapatkan Alvin. Hatinya hancur berkeping-keping mengetahui bahwa orang yang selama ini dia sukai malah berpacaran dengan sahabatnya sendiri.
0 Komentar
Belum ada komentar.