Opini Kreatif : Membangun NTT dengan Budaya Literasi ( ANGELINA ELISABETH KARTINI )

Membangun  NTT dengan Budaya Literasi

ANGELINA ELISABETH KARTINI

SMKN 1 LABUAN BAJO

       

Menyongsong Indonesia emas 2045, pemerintah Indonesia berupaya menjadikan Indonesia negara maju, berdaulat,dan berkelanjutan. Hal tersebut disampaikan oleh wakil presiden Indonesia ketika memberikan testimony virtual pada Konferensi Generasi Emas Asean. Upaya  menciptakan Indonsia yang maju dan berkelanjutan dapat ditingkatkan melalui pendidikan khususnya literasi. Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada serangkaian kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian  tertentu yang diperlukan dalam kehidupan (Wikipedia). Akan tetapi, baru-baru ini kita digemparkan dengan sebuah berita yang menyatakan bahwa banyak mahasiswa NTT yang belum lancar membaca(Kompas.com). Masalah tersebut menunjukan betapa rendah dan kurangnya literasi di NTT. Dengan melihat permasalahan tersebut, apakah visi mewujudkan Indonesia yang  maju, berdaulat, dan berkelanjutan akan tercapai? Tentu tidak. Mengingat literasi adalah fondasi utama dalam bidang pendidikan, dan pendidikan merupakan fondasi kemajuan.  

Visi Indonesia emas 2045 bertumpu pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Jika mahasiswa yang seharusnya menjadi generasi terdidik tidak lancar membaca,  maka  mereka kesulitan memahami konsep akademik, menganalisis informasi atau berpikir kritis. Hal ini mengurangi peluang mereka berkontribusi secara maksimal terhadap pembangunan. Literasi  memegang peranan penting dalam menigkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), sehingga mampu bersaing di era globalisasi yang semakin kompleks. Literasi membantu individu memahami dan menganalisis informasi secara mendalam. Dengan kemampuan ini sumber daya manusia (SDM) lebih siap menghadapi tantangan dan mengambil keputusan strategis yang tepat. Dengan meningkatkan literasi individu tidak hanya menjadi alat untuk menambah wawasan, tetapi juga menjadi kekuatan dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berdaya saing dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.

Di era globalisasi, sumber daya manusia  yang kompetitif adalah mereka yang dapat memanfaatkan literasi untuk inovasi dan produktifitas, jika mahasiswa tidak lancar membaca mereka cenderung tertinggal dalam menciptakan solusi kreatif, karena literasi adalah kunci untuk mengakses berbagai sumber pengetahuan yang dapat memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman. Dengan kemampuan membaca yang baik, mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai refrensi yang baik. Tingkat literasi yang rendah membuat mahasiswa kesulitan memperoleh informasi yang relevan, menghambat proses berpikir kreatif dan inovatif.

Terdapat mahasiswa yang belum lancar membaca tentu disebabkan karena  beberapa factor meliputi : kurangnya pemahaman tentang pentingnya membaca, tanpa pemahaman ini mereka cenderung menganggap membaca sebagai kegiatan yang tidak menarik atau sekedar kewajiban yang harus diselesaikan. Akibatnya mereka tidak berusaha untuk mengembangkan keterampilan membaca secara optimal. Kebiasaan sejak dini juga termasuk faktor yang menyebabkan  terdapat mahasiswa yang belum lancar membaca, jika seorang mahasiswa tidak terbiasa membaca buku pada masa kecilnya, maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga ke dewasa, termasuk saat memasuki dunia perkuliahan. Tanpa kebiasaan membaca terbentuk, mereka akan merasa membaca adalah aktivitas yang membosankan atau sulit. Selain itu minimnya dorongan atau dukungan dari lingkungan sekitar, seperti  keluarga, teman, dan pendidik memengaruhi minat membaca mahasiswa.  Jika lingkungan sekitar tidak mendukung atau tidak memberikan contoh positif dalam hal membaca, mahasiswa mungkin merasa kurang motivasi untuk mengembangkan kebiasaan tersebut. Tanpa dorongan yang cukup, niat dan minat baca mereka bisa menjadi rendah.

Selain itu niat dan kemandirian sangat penting dalam belajar. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi dan kesadaran untuk memperbaiki kemampuan dirinya cenderung akan lebih berkembang terlepas dari kendala yang dihadapi. Seharusnya mahasiswa sebagai individu dewasa,diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan diri dan berusaha memperbaikinya,termasuk hal seperti literasi dasar.

Untuk menghadapi permasalahan tersebut diperlukan kesadaran dari mahasiswa tersebut tentang pentingnya kegiatan literasi. Kesadaran akan pentingnya literasi menjadi kunci utama untuk memotivasi mahasiswa untuk memperbaiki kemampuan membaca. Mahasiswa harus memahami bahwa literasi adalah dasar untuk mencapai keberhasilan akademik,membuka wawasan,dan meningkatkan kualitas hidup

Menanggapi hal ini juga pemerintah NTT, khususnya kepala dinas pendidikan NTT meluncurkan serta meresmikan suatu program yakni Genta Belis atau gerakan NTT membaca,NTT menulis pada Jumat, 22 November 2024 (Cakrawalantt.com). Gerakan ini diluncurkan untuk memperkuat literasi dasar di kalangan masyarakat NTT dan mengembangkan kualitas sumber daya alam (SDM). Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ambrosius Kodo,menyebutkan bahwa Genta Belis dirancang untuk membangun ekosistem literasi berkelanjutan .’’Kolaborasi adalah kunci. Mari sukseskan gerakan ini demi masa depan generasi NTT’’ujarnya (Timorexotic.com).  Program Genta Belis yang diluncurkan ini memiliki peran yang strategis dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, terutama dalam membangun generasi muda yang berpendidikan. Genta Belis dapat meningkatkan literasi dasar anak-anak di NTT. Dengan meningkatnya literasi dasar ,anak-anak di NTT akan memiliki fondasi pendidikan yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan. Selain itu program Genta Belis dapat mendorong pengembangan sumber daya manusia di NTT. Program ini akan menciptakan individu yang mampu berpikir kritis serta kreatif, sehingga dapat berkontribusi pada pembangunan dan kemajuan daerah maupun nasional serta berdaya saing global.

Literasi memiliki peran penting dalam membangun masa depan NTT. Literasi bukan hanya tentang soal kemampuan membaca dan menulis,tetapi juga landasan bagi pemberdayaan individu dan masyarakat untuk membangun sumber daya manusia yang unggul. Dengan meningkatkan literasi ,masyarakat NTT dapat lebih siap menghadapi tantangan global. Literasi adalah pintu menuju kemajuan,yang akan menciptakan generasi cerdas, kreatif,dan berdaya saing, sehingga NTT dapat berkontribusi signifikan dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Melalui program Genta Belis yang diluncurkan pemerintah NTT ini, serta masyarakat NTT dapat memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, kritis, berkarakter, serta bersaing di era global, mendukung Indonesia Emas 2045 dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi berikutnya.   Literasi adalah kunci untuk membuka potensi dan peluang di NTT.

0 Komentar

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Inputan yang harus diisi ditandai *