Opini Kreatif : Literasi adalah Kunci Menuju Indonesia Emas ( Julia Gaudentya Dolorosa )

Literasi adalah Kunci Menuju Indonesia Emas

Julia Gaudentya Dolorosa

SMK Negeri 1 Labuan Bajo

 

            Tahun 2045 adalah tahun di mana Indonesia genap 100 tahun merdeka. Pada tahun itu, Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara  yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Namun, untuk mewujudkan cita-cita itu, Indonesia harus memiliki persiapan yang matang, khususnya mempersiapkan generasi yang berdaya saing tinggi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan mempunyai karakter yang baik.

            Generasi muda memiliki peran penting untuk mencapai cita-cita Indonesia agar menjadi bangsa yang maju, kuat, dan sejahtera. Salah satu peran penting generasi muda yaitu menjadi pelopor budaya literasi. Literasi yang kuat membantu generasi muda untuk memahami dan menganalisis informasi atau berita secara kritis. Pentingnya literasi bagi kemajuan bangsa karena literasi dapat membangun masyarakat yang kritis, melawan hoaks, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), serta memperkuat pengetahuan.

            Namun, minat membaca masyarakat, khususnya generasi muda, masih tergolong rendah. Salah satunya  di Nusa Tenggara Timur (NTT), tingkat literasinya masih menjadi tantangan berat, meskipun ada kemajuan yang telah dicapai di beberapa daerah. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh Siarindo, peningkatan literasi mulai terlihat, khususnya di kabupaten Nagekeo yang berhasil meningkatkan pembangunan literasi masyarakat dari posisi kedelapan menjadi posisi pertama di NTT berkat program INOVASI untuk Anak Sekolah Indonesia (Siarindo.com). Akan tetapi, berdasarkan situs Kompas.id, masih banyak mahasiswa di NTT belum lancar membaca. Ini menunjukkan betapa rendahnya kemampuan literasi di daerah NTT.

            Generasi muda lebih mementingkan bermain gadget daripada membaca buku. Kebanyakan anak sekolah juga lebih memilih mencari atau mengambil jawaban soal dari internet tanpa memahami materinya. Ya, tidak salah jika mencari jawaban dari internet. Tetapi banyak siswa yang hanya mencari jawaban soal, namun tidak memahami atau mempelajari materi dari soal tersebut. Orang seperti itu memiliki mental shortcut, yaitu orang yang cenderung mencari cara cepat dan mudah untuk mencapai sesuatu, tanpa adanya kerja keras serta memiliki prinsip “yang penting selesai”. Meskipun itu bisa menghemat waktu, tetapi dapat merugikan karena tidak mengembangkan pemahaman yang baik dan keterampilan yang dibutuhkan. Ini menjadi salah satu contoh bahwa literasi di Indonesia sangat memprihatinkan.

            Rendahnya minat membaca adalah masalah utama dalam literasi di Indonesia. Selain minat membaca yang rendah, kesenjangan literasi juga termasuk masalah untuk mendukung cita-cita bangsa.   Beberapa faktor pada kesenjangan ini termasuk akses terbatas ke sumber daya pendidikan, kualitas infrastruktur, serta perbedaan dalam tingkat ekonomi. Banyak sekolah di pedesaan atau wilayah terpencil yang tidak memiliki akses internet stabil atau bahkan perpustakaan yang memadai.

            Menurut laporan dari situs resmi Kementrian Keuangan (Mediakeuangan.kemenkeu.go.id), hingga Oktober 2024, anggaran pendidikan yang telah terealisasi mencapai RP463,1 Triliun, dana tersebut digunakan untuk berbagai program pendidikan. Namun, berdasarkan informasi dari tahun-tahun sebelumnya, masih banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Dilansir dari Fe-news.schoolmedia.id, pada 2021,  masih 249.261 sekolah di Indonesia tidak memiliki ruangan perpustakaan. Kekurangan fasilitas seperti perpustakaan, tentunya merupakan salah satu faktor dari rendahnya minat membaca masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah harus bertindak untuk mengatasi masalah ini.

            Pemerintah perlu membangun lebih banyak perpustakaan di sekolah dan daerah terpencil untuk memastikan semua siswa memiliki akses terhadap buku dan bahan bacaan berkualitas. Selain itu, penyediaan akses internet juga perlu diprioritaskan agar masyarakat dapat memanfaatkan sumber informasi digital dan tidak tertinggal di era teknologi ini. Sebagai langkah konkret, pemerintah dapat menyediakan fasilitas seperti komputer di setiap sekolah untuk mendukung akses literasi digital secara merata.

            Mengatasi permasalahan rendahnya minat membaca, terutama di daerah seperti NTT yang memiliki tingkat literasi rendah, pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur meluncurkan program Genta Belis. Genta Belis adalah program literasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi baca dan tulis di kalangan siswa SMA dan SMK. Gerakan ini dirancang untuk memperbaiki mutu pendidikan dan melahirkan generasi yang lebih kritis, kreatif, dan kompetitif. Program ini mencakup kegiatan seperti membaca 15 menit dan 15 menit menulis setiap pagi  (Expontt.com).

Selain itu, Genta Belis juga didukung oleh UNICEF yang menyoroti pentingnya literasi sejak usia dini untuk mempercepat perbaikan pendidikan di NTT. Melalui Genta Belis, pemerintah berharap dapat mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di NTT, menciptakan generasi yang kreatif, kritis, dan berakar pada budaya lokal. Gerakan ini juga diharapkan menjangkau seluruh kabupaten/kota di NTT, menciptakan ekosistem literasi yang merata (Inovasi.or.id), (Timexkupang.fajar.co.id), (Rri.co.id).

            Minat membaca yang rendah dan kesenjangan literasi di Indonesia merupakan tantangan yang perlu diatasi untuk mewujudkan cita-cita menciptakan generasi emas. Dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas literasi, seperti perpustakaan dan internet, dan penyediaan komputer di sekolah, pemerintah dapat memastikan pendidikan yang merata. Peran orang tua  juga penting untuk meningkatkan minat membaca anak. Orang tua dapat mengenalkan buku pada anak sejak dini dengan membacakan cerita sebelum tidur. Dengan membangun kebiasaan seperti ini, anak akan terbiasa dan menganggap membaca buku adalah suatu kebiasaan  yang menyenangkan.  Selain itu, orang tua juga diharapkan  agar selalu mengontrol penggunaan HP anak. Apabila  pemerintah dan orang tua berperan aktif dalam meningkatkan minat baca anak, maka cita-cita bangsa untuk maju dan berkembang akan tercapai. Semoga generasi muda semakin menyadari bahwa literasi merupakan kunci penting untuk masa depan yang lebih baik, dan semoga Indonesia dapat mewujudkan visinya menjadi bangsa yang maju, kuat, dan sejahtera, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

0 Komentar

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Inputan yang harus diisi ditandai *