ACARA RITUAL KELAS (PAKA DI’A ) DI MANGGARAI
Penulis : Viktoria T.Wulang,S.Pd.Kim ( Kepala SMKN 1 Labuab Bajo )
Pada masa reformasi ,wilayah Manggarai yang terletak di pulau Flores provinsi NTT dibagi mejadi 3 (tiga ) wilayah kabupaten yaitu kabupaten Manggarai dengan ibu kota Ruteng ,Manggarai Timur dengan ibu kota Borong dan Manggarai Barat dengan ibu kota Labuan Bajo.
Kendati sudah terbagi menjadi tiga kabupaten ,tetapi tetap merupakan suku Manggarai sehingga ada beberapa tradisi yang mengakar dan tidak bisa dipisahkan dari budaya di Manggarai salah satunya tradisi Ritual adat kelas atau paka di’a (kenduri) .
Diyakini acara ritual kenduri sebagai salah satu obyek pariwisata budaya dan kearifan lokal yang perlu dirawat,dihargai sebagai warisan leluhur ,diketahui dan dipahami oleh semua pihak baik masyarakat lokal maupun masyarakat internasional sehingga dengan demikian ritual ini akan menjadi salah satu destinasi budaya yang berkelanjutan.
Rangkaian ritual adat yang dilaksanakan saat kematian mampu menghindarkan petaka bagi sanak keluarga orang meninggal dari pengaruh roh jahat. Sebaliknya, jika ritual adat tidak dilaksanakan, kerabat mendiang, hewan peliharaan, maupun tanaman pertanian akan tertimpa petaka.
Ritual adat kematian dilakukan sejak sesorang meninggal -jasad dikuburkan sampai dengan kenduri (paka di’a =kelas ) yang dapat diartikan sebagai ritual pembebasan arwah. Ritual adat kematian di Manggarai dari Timur sampai Barat sama saja yang diawali Ritual tokong bako(jaga jasad sejak orang tersebut meninggal ),ela haeng nai ( menggunakan media hewan babi sebagai wujud kecintaan keluarga pada org mati tersebut, Ela tekang tanah(penghormatan keluarga dan membuat tempat peristirahatan terakhir ), poto woja latung(memohon kepada mendiang utk membuka jalan rejeki bagi yang ditinggalkan) (Saung ta’a=ceki telu sebagai ritual hari ke tiga setelah penguburan jasad yang meninggal,pada ritual ini dilakukan pencucian kain kafan yng tidak diserati pada proses penguburan, dan lulung towe lepet (penggulungan tikar tempat pembaringan jasad selama berkabung )
Acara kenduri dilakukan setelah kesepakatan pada acara saung ta’a , Kalau pada hari ketiga untuk ceki telu, pada kelima untuk ceki lima atau pada hari kedelapan itu untuk ceki alo, keluarga yang menyelenggarakan pesta kenduri kematian bagi anggota anggota keluarga mereka yang meninggal belum siap baik secara mental maupun secara material, ,maka
dapat dilakukan setelah sebulan ataupun setahun , lima tahun atau lebih kematian orang tersebut. Hal ini disebabkan
Pertama, pembayaran belis(mahar), atau paca dalam Bahasa Manggarai , yang belum lunas. Kalau pesta kenduri kematian itu dibuat untuk seorang bapak yang sudah berkeluarga dan ia belum melunasi secara 100% belis dari istrinya, maka pesta kenduri kematiannya juga merupakan kesempatan bagi wife givers atau anak rona dalam bahasa setempat untuk menuntut pelunasan belis dari istri almarhum. Pelunasan ini bertujuaan agar keberangkatan jiwa dari dia yang meninggal ke alam baka tidak dirintangi oleh beban utang selama hidup di dunia termasuk hutang belis.
Kedua, ketaksiapan secara material dan finansial. Pesta kenduri kematian cukup mahal secara ekonomis. Selain harus melunaskan belis – kalau belis dari seorang almarhumah atau belis istri dari almarmum belum dibayar lunas – keluarga yang mengadakan pesta kenduri kematian mengeluarkan biaya cukup besar.
Hewan sebagai media pada acara ritual kenduri (paka di’a ) berupa kerbau atau babi , kambing dan ayam yang dibawa keluarga baik anak rona maupun anak wina.
Hewan kerbau disembelih pada puncak acara pelepasan arwah melalui torok (doa dalam bentuk puisi ) oleh seorang pria yang dipercaya dapat mengucapkan untaian puisi tanpa melafalnya sebagai tanda bahwa pada saat itulah, sanak-saudaranya yang masih hidup di dunia melepaskan dia dan mengucapkan selamat jalan kepadanya(upacara pelepasan roh(arwah) yg meninggal ke alam baka. Dilanjutkan dengan penyembelihan hewan lainnya yang bermakna menghapus segala bekas aliran darah kerbau yang menjadi ritual utama pelepasan roh yang meninggal secara lengkap .
Sumber: https://mediaindonesia.com/weekend/47791/seusai-ritual-adat-kematian-itu-membebaskan
0 Komentar
Belum ada komentar.