Keluarga Besar Waka Puing Gelar Misa Kenduri untuk Almarhum Bapak Edmundus Mudin

Macang Pacar. Keluarga besar Waka Puing hari ini (Selasa, 2 Juli 2024) menggelar tradisi Kenduri untuk menghormati arwah almarhum Bapak Edmundus Mudin, seorang guru yang berdedikasi semasa hidupnya. Misa Kenduri ini diadakan di halaman rumah almarhum, dimulai pada pukul 11.00 WITA dan dipimpin oleh Pater Rinus, SVD.

Almarhum Edmundus Mudin lahir pada tanggal 16 November 1967 dan meninggal dunia pada tanggal 19 Februari 2024. Semasa hidupnya, beliau dikenal sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi dalam mencerdaskan anak bangsa di salah satu SMP Negeri di kecamatan Pacar.

Menurut Ibu Kristiani Hesti, istri almarhum, acara Kenduri ini diadakan berdasarkan kesepakatan keluarga dan warga kampung. "Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kita kepada almarhum dan mendoakan keselamatan bagi arwahnya," ujar beliau.

Pater Rinus dalam kotbahnya menyampaikan bahwa misa Kenduri merupakan Misa syukur dan keselamatan. Beliau juga berpesan tentang pentingnya melakukan perbuatan baik selama hidup di dunia ini.

"Misa Kenduri ini merupakan momen untuk kita semua merenungkan kehidupan almarhum dan meneladani kebaikannya," kata Pater Rinus. "Marilah kita jadikan momen ini sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama." ajakan Pater Rinus.

Misa Kenduri ini dihadiri oleh keluarga besar Waka Puing, kerabat, tetangga, dan para tamu undangan lainnya. Acara berlangsung dengan khidmat dan penuh rasa haru. Tradisi Kenduri tidak hanya menjadi pengingat untuk menghormati leluhur, tetapi juga menjadi momen untuk merefleksikan kehidupan dan meneladani kebaikan bagi sesama.

Tentang Tradisi Kenduri

Tradisi Kenduri merupakan salah satu tradisi penting bagi masyarakat Manggarai. Tradisi ini bertujuan untuk menghormati arwah dan mendoakan keselamatan bagi mereka. Biasanya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-365, dan seterusnya setelah kematian seseorang. Dalam tradisi Kenduri, biasanya dilakukan penyembelihan hewan kurban, penyajian makanan adat, dan doa-doa. Doa adat biasanya dipimpin oleh seorang tua adat, sedangkan doa Kristiani dipimpin oleh seorang rohaniwan. (Paje)

0 Komentar

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Inputan yang harus diisi ditandai *